Banyak lihat, banyak rasa, banyak aroma, banyak saat dan kesan....
yang tidak dapat terucapkan dan tergambarkan.
Keajaiban Alam,
hanya dengan kehadiran nyata kita akan mampu menemukannya.
yang tidak dapat terucapkan dan tergambarkan.
Keajaiban Alam,
hanya dengan kehadiran nyata kita akan mampu menemukannya.
"Pergi berkemah seperti mau transmigrasi," status salah satu keluarga. Memang penuh dan padat isi mobil kami para keluarga. Beragam macam pernak pernik dibawa untuk menjamin kenyamanan seluruh anggota keluarga. Multi peran di pundak kami semua, tidak sekadar sebagai peserta tapi juga panitia dan fasilitator membuat bagasi mobil ketambahan segala perlengkapannya yang lumayan jumbo dan berat.
Hilir mudik turun naik lereng yang terjal dan licin sambil mengusung segala macam bawaan dari parkiran ke area perkemahan, terasa sekali seperti gojlokan latihan fisik. Anak-anaklah yang paling bersuka cita dengan kontur terasering ini. Berlari memanjat melompat, menjadi arena bermain yang asyik dan menantang selama 2 hari ini.
Tanya kanan kiri untuk memahami struktur tenda dan perlu waktu juga kami untuk membangunnya. Hari menjelang sore dan hujan mulai turun. Mulai terasa agak panik, saat masih ada tenda yang belum terbangun, baru terkumpul sedikit kayu untuk api unggun, jadwal acara tidak terpegang dan semakin melanda, saat diketahui dengan pasti akan kurangnya 1 tenda. Kepala kami semua berputar memikirkan segala kemungkinan jalan keluar.
Tanya kanan kiri untuk memahami struktur tenda dan perlu waktu juga kami untuk membangunnya. Hari menjelang sore dan hujan mulai turun. Mulai terasa agak panik, saat masih ada tenda yang belum terbangun, baru terkumpul sedikit kayu untuk api unggun, jadwal acara tidak terpegang dan semakin melanda, saat diketahui dengan pasti akan kurangnya 1 tenda. Kepala kami semua berputar memikirkan segala kemungkinan jalan keluar.
Dibawah rintik hujan akhirnya kami pun berkumpul, memulai kebersamaan ini. Menarik nafas lega dan bersyukur akan segala kemungkinan ini. Keluarga Ristanto mensosialisasikan penerapan 3R sebagai salah satu upaya berkelanjutan pada kegiatan ini. Semua peserta diminta untuk langsung memilah sampahnya masing-masing. Untuk mengurangi pemakaian tissue, diperkenalkan dan dibagikan larutan ekstrak daun sirih sebagai desinfektan alami oleh keluarga Darmadi. Dipimpin oleh keluarga Wieda, kami pun lanjut dengan bermain sambil berkenalan.
Sepanjang sore sampai larut malam, hujan turun terus menerus, sesekali saja berhenti sesaat. Rintiknya sudah memberikan extra menu makan malam kami. Sebagian kami memilih berceloteh di sekitar api unggun sambil menghangatkan badan. Anak-anak kecil berpencar bercengkrama di sarang Alifia dan Obi, terdengar riuh suara mereka. Dilayani Ariel yang telaten membakar, hangat juga perut kami dengan camilan jagung dan umbi-umbiannya. "Jagungnya enak. Krenyes krenyes manis. Ini jagung dari sekitar sini yaa?" penasaran tanya Ade, ibu dari 2 anak yang baru pindahan dari Jakarta ke Salatiga.
Malam semakin larut, hampir semua sudah menjadi kepompong kecuali 2 bapak, Didik dan Hartanto. Sambil mengasapi bawaan ikan layang hasil tangkapan Didik dari laut, mereka memilih menikmati sisa malam dengan berbincang, yang topiknya ya Timur - Barat, Utara - Selatan.
Pagi-pagi subuh, cukup sulit membangunkan sebagian anak-anak yang sangat terlelap. "Camping tuh asyik tidurnya, lebih enak daripada di rumah," ujar Calla. Mengikuti tips dari keluarga Darmadi yang bertugas membuat rute, kami pun bergegas bersiap diri dan perlengkapan untuk memulai hari dengan hiking di area hutan wisata ini.
Biarpun kemarin cukup lelah jasmani dan rohani, kami terlihat semangat, segar dan ceria pagi ini. Lokasinya yang berada di lembah memberikan rasa lain. Tugas Scavenger Hunt dari keluarga Yaya-Aldrian membuat kami tidak hanya memperhatikan alam secara makro tapi juga mikro. "Seru sekali hiking tadi pagi! Tidak jauh tapi medannya menantang. Banyak yang bisa dilihat. Saya benar-benar suka dan menikmati sekali," kesan Wiwied, seorang bapak yang berdomisili di Singapur.
Pulang hiking, anak-anak lanjut bermain air di sungai. Jika tidak diminta kembali, rasanya mereka akan sampai siang disana. Bebatuan dan aliran airnya memang sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak. "Cantik. Mirip foto-foto sungai yang biasa di kalender," puji Wieda juga, ibu dari satu putri yang suaminya berhalangan hadir. Hanya sayang, sampah-sampah yang terselip di bebatuan sudah menganggu keindahan aslinya.
Family Concerts in the Woods. Beragam penampilan luar biasa para keluarga untuk acara sharing keluarga yang bertemakan "Keluargaku dan Alam". Dari demo Aikido, berpuisi, bermain gitar, bercerita, ballet, bernyanyi sampai sulapan. Seperti kata Paul Cezanne, "Art is a harmony parallel with nature."
Bahan dari alam sudah cantik dari sananya. Tidak simetris, tidak lurus, tidak mulus, tidak kinclong, warna belang belentong tapi toh tetap saja semua hasil craft kami menawan. Anak - Ibu - Bapak, semua duduk manis, asyik lanjut berketrampilan tangan, mengikuti instruksi dari keluarga Wijayanto, menghasilkan berbagai macam buah tangan.
Tidak terasa, siang hari pun berlalu dengan cepat. Kegiatan ditutup dengan menimbun sampah organik kami. Berat rasanya hati meninggalkan semua kemewahan ini. 2 hari 1 malam dirasa terlalu singkat oleh kami semua. Masih banyak kebutuhan di alam yang belum terpenuhi. Perlahan tapi pasti, Alam bagi kami sudah mulai ngangenin.
"Camping : It's about Going Back to Basics.
It's Going Home."
Baca juga kisah upaya berkelanjutan yang diterapkan pada kegiatan ini disini.